Jumat, 11 Desember 2009

Paku Tectaria singaporeana

TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI

Nama ilmiah :Tectaria singaporeana
Nama lokal :Paku biawak (Malaysia)

Gambar 1. Tectaria singaporeana

Klasifikasi
Klasifikasi spesies Tectaria singaporeana adalah sebagai berikut :
Kingdom :Plantae
Divisi :Pteridophyta
Kelas :Filicopsida
Ordo :Filicales
Famili :Dryopteridaceae
Genus :Tectaria
Spesies :Tectaria singaporeana

Habitat
Spesies Tectaria singaporeana diperoleh dari Taman Hutan Raya Cangar, habitatnya yaitu di tanah atau biasanya juga dapat ditemukan di bebatuan.
Jenis paku ini mempunyai rimpang yang ramping dan panjang, berakar dalam tanah, memanjat pohon tetapi tidak epifit, atau ada sebagian yang rimpangnya menjalar pada permukaan bebatuan, menyukai keteduhan.

Perawakan
Paku ini termasuk semak atau bisa dikatakan agak berkayu. Menurut Haupt (1953), hampir semua paku-pakuan adalah herba atau agak berkayu. Ada pula yang berupa pohon.

Akar
Spesies ini mempunyai akar serabut dikotom, seperti tampak pada gambar berikut.

Gambar 2. Akar Tectaria singaporeana

Pada umumnya akar paku-pakuan adalah serabut yang bercabang-cabang secara dikotom. Adapula yang bercabang monopodial atau tidak bercabang. Namun tidak semua paku-pakuan mempunyai akar, misalnya pada bangsa Psilotales, fungsi akarnya digantikan oleh rizoid (Vasishta, 1972).

Batang
Bentuk batang spesies Tectaria singaporeana adalah bulat, dengan permukaan yang halus tidak mempunyai ramenta. Ukuran panjang batangnya sekitar 33 cm, berwarna coklat, tanpa adanya percabangan karena batang pada akarnya langsung keluar dari atas tanah, seperti pada gambar berikut.



Gambar 3. batang Tectaria singaporeana

Bentuk batang atau cabang bermacam-macam, antara lain bulat beralur dan berusuk secara longitudinal, beruas-ruas panjang dan kaku. Ada yang panjang ramping, bulat dengan simetri dorsiventral (Vasishta, 1972).
Permukaan batang paku-pakuan tidak selalu halus, tetapi kadang-kadang dihiasi dengan bentuk tertentu, seperti duri, rambut-rambut uniseluler, ramenta, lapisan lilin, dan sebagainya (Vasishta, 1972).

Daun
Spesies Tectaria singaporeana daunnya tidak ental. Bentuk daun lanset yaitu semakin ke ujung semakin mengecil atau bisa dikatakan ujungnya runcing. Warnanya hijau tapi tidak hijau pekat karena habitatnya yang dibawah dan tidak begitu tinggi sehingga cukup terhalang oleh spesies lain yang lebih tinggi untuk memperoleh sinar matahari dalam berfotosintesis. Urat daunnya menyirip, tetapi urat daunnya tersebut tidak bercabang-cabang. Tekstur daun Tectaria singaporeana seperti selaput dengan permukaan yang cukup halus. Daun spesies ini termasuk daun tunggal karena pada tangkai yang keluar langsung dari akar hanya terdapat 1 helaian daun saja, tidak bercabang atau tidak majemuk. Seperti yang tampak pada gambar berikut ini.

Gambar 4. Daun Tectaria singaporeana


Gambar 5. Daun Tectaria singaporeana
(pengamatan mikroskop)


Ciri-ciri khusus

Spesies ini sama sekali tidak mempunyai ciri-ciri khusus meskipun itu dari vernasi bergelung (daun mudanya menggelung dan akan membuka bila telah dewasa),dimorfisme (antara sporofil dan tropofil dalam satu individu), daun tereduksi (pada daun majemuk, anak daun bagian bawah sangat kecil), daun sarang, ligula dan daun penumpu.

Sporofil
Paku ini termasuk paku yang steril atau biasa disebut tropofil. Berdasarkan fungsinya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi tropofil dan sporofil. Tropofil merupakan daun yang khusus untuk asimilasi atau fotosintesis. Sporofil berfungsi untuk menghasilkan spora.
Pada daun-daun seringkali terbentuk tunas-tunas adventif ( tunas liar) yang dapat terlepas dan berguna sebagai alat berkembang biak vegetatif. Dapat pula tunas atau daun berubah menjadi geragih (stolon) yang dapat dipergunakan untuk tujuan yang sama. Selain itu dari protalium dapat pula terbentuk tumbuhan paku baru tanpa pembuahan, jadi secara apogam atau apospor.

Sporangium
Karena termasuk paku steril, berarti tidak mempunyai sporangium. Paku yang fertil, letak sporangiumnya bermacam-macam yaitu ada yang di bagian tepi daun ataupun menyebar. Bentuknya pun juga bervariasi antara lain bentuk jantung, memanjang dan membulat.
Sorus mengandung banyak sporangium yang terletak di bagian bawah daun, sorus bentuk bola. Indusium bisa ada atau tidak, jika ada berbentuk bola, piala atau mangkok.



Gambar 6. Spora pada beberapa Tumbuhan Paku

Spora tumbuhan paku dibentuk dalam kotak spora (sporangium). Kumpulan sporangium disebut sorus. Sorus muda sering dilindungi oleh selaput yang disebut indusium. Berdasarkan macam spora yang dihasilkan tumbuhan paku dibedakan menjaditiga yaitu paku homospora (isospora), paku heterospora dan paku peralihan. Paku homospora menghasilkan satu jenis spora (contoh: Lycopodium/paku kawat). Paku heterospora menghasilkan dua jenis spora yang berlainan yaitu megaspora (ukuran besar) dan mikrospora (ukuran kecil) (contoh: Marsilea/semanggi dan Selaginella/paku rane). Paku peralihan merupakan peralihan antara homospora dan heterospora menghasilkan spora bentuk dan ukurannya sama tetapi berbeda jenis kelamin (contoh: Equisetum debile/paku ekor kuda).

Siklus hidup
Tumbuhan paku ini termasuk paku yang steril dimana pada daunnya tidak ditemukan spora, sehingga bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas).





Gambar 7. Siklus hidup Pteridophyta

Reproduksi tumbuhan paku menunjukkan adanya pergiliran antara generasi gametofit dan generasi sporofit (metagenesis). Pada tumbuhan paku, generasi sporofit merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya.
Generasi gametofit dihasilkan oleh reproduksi aseksual dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan sel induk spora yang terjadi di dalam sporangium. Sporangium terdapat pada sporofit (sporogonium) yang terletak di daun atau di batang. Spora haploid (n) yang dihasilkan diterbangkan oleh angin dan jika sampai di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi protalus dan selanjutnya menjadi gametofit yang haploid (n).
Gametofit memiliki dua jenis alat reproduksi, yaitu anteridium dan arkegonium, atau satu jenis alat reproduksi, yaitu anteridium saja atau arkegonium saja. Arkegonium menghasilkan satu ovum yang haploid (n). Anteridium menghasilkan banyak spermatozoid berflagelum yang haploid (n). Spermatozoid bergerak dengan perantara air menuju ovum pada arkegonium. Spermatozoid kemudian membuahi ovum. Pembuahan ovum oleh spermatozoid di arkegonium menghasilkan zigot yang diploid (2n). Zigot membelah dan tumbuh menjadi embrio (2n). Embrio tumbuh menjadi sporofit yang diploid (2n).

Manfaat
Manfaat dari paku ini yaitu bisa untuk kesehatan badan. Selain itu daun Tectaria singaporeana dapat digunakan sebagai obat untuk demam.

2 komentar: